Surabaya – Di balik deru kemajuan zaman, masih ada sosok yang setia memegang janji suci Tri Satya dan Dasa Darma. Kak Mulyono, M.Pd., pria kelahiran Jember, 2 April 1964, bukan hanya seorang pelatih Pramuka, ia adalah teladan hidup yang memadukan dedikasi, keikhlasan, dan cinta terhadap generasi muda.

Surabaya. (Foto: Istimewa)
Perjalanan Pramukanya dimulai sejak 1982, ketika ia bergabung sebagai Penegak di SPG Negeri 1 Surabaya dan anggota Saka Bhayangkara. Motivasi sederhana, “Ikut Pramuka tidak pernah rugi. Banyak hal yang kita peroleh, percaya diri, keterampilan, kreativitas, dan keikhlasan untuk berkorban,” menjadi landasan awal yang membentuk sosoknya kini.
Sebagai Kapusdiklatcab Kota Surabaya, Kak Mulyono tak hanya memimpin dari balik meja. Ia turun langsung membina, merangkul pelatih muda, bahkan menginisiasi program pemberian Santunan Honor Latihan (SHL) dan Tambahan Honor Latihan (THL) untuk memotivasi para pelatih.
Pada 1989, ia tercatat sebagai pelatih termuda di Kwartir Cabang Surabaya, sebuah prestasi yang menandai kiprahnya yang panjang dan konsisten.
Tidak berhenti di situ, ia berhasil membawa lima kwarran menjadi tergiat di Kwarcab Surabaya pada 1995 saat menjabat sebagai Ka Kwarran Pakal dua periode.
Baginya, keberhasilan bukan soal penghargaan pribadi, melainkan dampak nyata bagi pembinaan generasi muda.

Yang membuatnya semakin inspiratif, Kak Mulyono telah mendonorkan darahnya hingga 140 kali melalui PMI Surabaya. “Dengan setetes darah, semoga bisa menyelamatkan nyawa orang lain,” tuturnya.
Selain itu, ia juga aktif menjadi ketua takmir musholla, penggerak kampung, MC panggung seni 17 Agustusan, serta penyampai nilai-nilai pendidikan di setiap kesempatan.
Prinsip hidupnya sederhana namun kuat: “Orang yang baik adalah orang yang selalu bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya.” Tokoh-tokoh seperti ayahandanya, Bung Karno, dan para pelatih senior seperti almarhum Kak Sarwan dan Kak Anang Sukardi, menjadi pendorong semangatnya untuk terus memberi.

Bagi Kak Mulyono, Pramuka bukan hanya seragam cokelat. Ia adalah wadah pembentukan karakter, ladang pengabdian, dan jalan menuju kebermanfaatan.

Ia berharap, Gerakan Pramuka terus berbenah mengikuti kemajuan teknologi, sekaligus menjadi solusi bagi orang tua dan inspirasi bagi generasi muda.
“Pegang teguh dan amalkan Tri Satya dan Dasa Darmamu. Selalu semangat belajar, dan banggalah sebagai anggota Pramuka Indonesia,” pesannya menutup perbincangan. (AncuMas)