SURABAYA – Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Surabaya kembali mencatat sejarah dengan menggelar Diklat Jurnalistik yang tak hanya mengajarkan teknik menulis, tetapi juga menyalakan semangat baru bagi 100 Pramuka Penegak dan Pandega untuk menjadi pewarta muda di era digital.
Diklat ini berlangsung penuh semangat sejak pagi pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Agenda yang tersusun padat memadukan teori, praktik, dan wawasan etika jurnalistik, menjadikannya bekal berharga bagi generasi muda yang kini dituntut mampu memilah dan menyebarkan informasi positif.
Dibuka dengan upacara resmi, Kak Daeng selaku pembina upacara menyampaikan pesan tegas yang menggema di telinga para peserta.

dari PWI Jatim saat memaparkan materi
di hadapan peserta. (Foto: Humas)
“Setiap Pramuka adalah pewarta! Di tangan kalianlah berita bisa menjadi jembatan kebaikan, atau justru senjata yang menyesatkan. Maka, pelajari jurnalistik dengan sungguh-sungguh, gunakan untuk mendidik dan menginspirasi,” seru Kak Daeng.
Tak hanya itu, Kak Bambang Wiyono, Waka Binawasa Kwarcab Surabaya, dalam sesi Jam Pimpinan juga mengingatkan agar generasi muda tak gagap menghadapi derasnya arus informasi.
“Kalau kita tidak mau mengikuti perkembangan zaman, kita akan ketinggalan. Dunia digital tak bisa dihindari, tapi bisa kita kuasai,” ujarnya.
Materi diklat dimulai dengan Dasar Jurnalistik yang dipandu Kak Tejo, mengupas hakikat berita, peran jurnalis, dan rumus emas 5W + 1H.
Setelah istirahat, sesi Teknik Menulis Berita (13.00–14.30 WIB) menjadi ajang praktik peserta menyusun berita yang tajam dan enak dibaca.
Puncaknya, Kak Yusri NRA dari PWI Jawa Timur mengupas tuntas Kode Etik Jurnalistik, mengajarkan pentingnya integritas, kebenaran, dan etika dalam setiap kata yang ditulis.

saat mengisi materi dari jajaran
pimpinan. (Foto : Humas)
Bagi Kwarcab Surabaya, diklat ini bukan hanya sekadar agenda pelatihan. Ini adalah investasi besar untuk melahirkan generasi Pramuka yang melek literasi, mampu memerangi hoaks, dan siap menjadi corong informasi positif.
“Jurnalistik itu bukan milik wartawan semata. Setiap Pramuka punya peran di lingkungannya, entah melalui media sosial, blog, atau buletin sekolah,” ungkap Kak Yusri, jurnalis senior berdarah Minang, dari PWI Jatim.
Antusiasme peserta terlihat luar biasa. Beberapa sudah merencanakan pembuatan media Gugusdepan atau akun resmi untuk mengabarkan kegiatan positif Pramuka.
“Ini adalah awal, bukan akhir. Dari sinilah lahir pewarta-pewarta Pramuka Surabaya yang akan membawa nama baik gerakan ini ke seluruh penjuru negeri.” pesan Daeng. (humas)